Bendungan atau dam adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air menjadi waduk, danau, atau tempat rekreasi. Seringkali bendungan juga digunakan untuk mengalirkan air ke sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air. Kebanyakan dam juga memiliki bagian yang disebut pintu air untuk membuang air yang tidak diinginkan secara bertahap atau berkelanjutan.

Kementerian Pekerjaan Umum Indonesia mendefinisikan bendungan sebagai “bangunan yang berupa tanah, batu, beton, atau pasangan batu yang dibangun selain untuk menahan dan menampung air, dapat juga dibangun untuk menampung limbah tambang atau lumpur.”

Bendungan (dam) dan bendung (weir) sebenarnya merupakan struktur yang berbeda. Bendung (weir) adalah struktur bendungan berkepala rendah (lowhead dam), yang berfungsi untuk menaikkan muka air, biasanya terdapat di sungai. Air sungai yang permukaannya dinaikkan akan melimpas melalui puncak / mercu bendung (overflow). Dapat digunakan sebagai pengukur kecepatan aliran air di saluran / sungai dan bisa juga sebagai penggerak pengilingan tradisional di negara-negara Eropa. Di negara dengan sungai yang cukup besar dan deras alirannya, serangkaian bendung dapat dioperasikan membentuk suatu sistem transportasi air. Di Indonesia, bendung dapat digunakan untuk irigasi bila misalnya muka air sungai lebih rendah dari muka tanah yang akan diairi.

Waduk Cirata merupakan salah satu dari tiga waduk kaskade di Jawa Barat. Letaknya diantara Waduk Saguling (bagian hulu) dan Waduk Ir.H. Djuanda (bagian hilir). Waduk Cirata di bangun pada tahun 1987 dengan luas 6.200 ha. Tujuan utama dibangunnya Waduk Cirata adalah untuk keperluan PLTA, namun pemanfaatan terus berkembang meliputi budidaya ikan dengan sistem Keramba Jaring Apung (KJA), perikanan tangkap, wisata, dan transportasi. Secara internal, Waduk Cirata mendapatkan beban pencemaran dari aktivitas pemanfaatan sedangkan secara eksternal mendapatkan pencemaran dari sungai. Berdasarkan permasalahan tersebut dilakukan penelitian terhadap tingkat pencemaran di beberapa muara sungai dan zona pemanfaatan Waduk Cirata.

HOBO MX2202 waterproof temperature / light level logger memanfaatkan kekuatan Bluetooth Low Energy (BLE) untuk memberikan pengukuran suhu dan tingkat cahaya yang akurat langsung ke perangkat seluler Anda dengan aplikasi HOBOconnect gratis dari Onset. Dirancang untuk daya tahan, logger tahan air yang ringkas ini sangat ideal untuk mengukur suhu di sungai, danau, lautan, dan lingkungan tanah. Pengumpulan data di lapangan tidak pernah semudah ini

Spesifikasi MX2202

Range-20° to 70°C (-4° to 158°F) in air -20° to 50°C (-4° to 122°F) in water
Accuracy±0.5°C from -20° to 70°C (-4° to 158°F)
Resolution0.04°C (0.072°F)
Drift<0.1°C (0.18°F) per year
Response Time17 minutes typical to 90% in air moving 1 m/s, unmounted 7 minutes typical to 90% in stirred water, unmounted

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan status mutu air dan tingkat pencemaran perairan Waduk Cirata serta mengidentifikasi sumber pencemaran yang masuk ke Waduk Cirata. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Pengambilan contoh data primer dilakukan pada bulan Februari 2012 dan dianalisis di Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Bandung. Data sekunder diperoleh dari hasil pemantauan Badan Pengelola Waduk Cirata (BPWC) setiap tiga bulan dari tahun 2007-2011. Analisis kualitas fisika, kimia, dan biologi perairan dilakukan terhadap 34 parameter. Analisis data kualitas air menggunakan indeks STORET yang dibandingkan dengan baku mutu air menurut Perda Prov. Jawa Barat No.39 Tahun 2000 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.82 Tahun 2001 untuk kegiatan perikanan dan PLTA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pencemaran untuk kegiatan perikanan di Muara Sungai Citarum sebesar -36 (cemar berat), Muara Sungai Cisokan sebesar -28 (cemar sedang), tengah Waduk Cirata sebesar -31 (cemar berat), batas zona KJA sebesar -37 (cemar berat), dan dekat outlet Waduk Cirata sebesar -35 (cemar berat). Nilai indeks STORET pada lapisan permukaan lebih baik dari pada lapisan kolom air di kedalaman 5 meter ataupun dekat dasar (p<0,05). Rendahnya nilai indeks STORET disebabkan parameter-parameter kualitas air yang tidak sesuai dengan peruntukannya seperti H2S, NH3-N, NO2-N, Cl bebas, DO, BOD, Cu, Zn, Cd, Pb, dn Hg.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kondisi status mutu air Waduk Cirata secara umum berada pada kisaran tercemar sedang hingga tercemar berat. Pengaruh pencemaran yang berasal dari Sungai Citarum adalah pencemaran logam berat dan parameter lainnya seperti NO2-N, Cl bebas, Cu, Zn, Cd, dan Pb. Pengaruh pencemaran yang berasal dari aktivitas KJA adalah pencemaran bahan organik seperti H2S, BOD, dan DO.

Pencatat data konduktivitas dengan akurasi tinggi ini adalah cara yang hemat biaya untuk mengumpulkan data kualitas air. HOBO U24 mengukur dan mencatat konduktivitas dan suhu di sungai, danau, dan sumber air tawar lainnya. Logger ini direkomendasikan untuk memantau akuifer untuk intrusi air asin dan jalan serta limpasan pertanian. Akses terbuka produk ini ke sensornya menyederhanakan pembersihan dan pemeliharaan. Sensor non-kontak HOBO U24 meminimalkan kesalahan pengukuran yang terkait dengan penyimpangan. Selain itu, logger memiliki fitur kompensasi drift berbasis perangkat lunak.

Spesifikasi U24-001

MeasurementsActual Conductivity, Temperature, Specific Conductance at 25°C (calculated)
Conductivity Calibrated Measurement RangesLow Range: 0 to 1,000 µS/cm
Full Range: 0 to 10,000 µS/cm
Conductivity Calibrated Range – Temperature Range5° to 35°C (41° to 95°F)
Conductivity Extended RangesLow Range: 0 to 2,500 µS/cm
Full Range: 0 to 15,000 µS/cm
Temperature Measurement Range-2° to 36°C (28° to 97°F)
Specific Conductance Accuracy (in Calibrated Range)Low Range: 3% of reading, or 5 µS/cm, and
Full Range: 3% of reading, or 20 µS/cm, whichever is greater, using Conductivity Data Assistant and calibration measurements
Conductivity Resolution1 µS/cm
Temperature Accuracy0.1°C (0.2°F) at 25°C (77°F)
Temperature Resolution0.01°C (0.02°F)
Conductivity DriftLess than 3% sensor drift per year, exclusive of drift from fouling
Response Time1 second to 90% of change (in water)
Operating Range-2° to 36°C (28° to 97°F) – non-freezing
Memory18,500 temperature and conductivity measurements when using one conductivity range; 11,500 sets of measurements when using both conductivity ranges (64 KB total memory)
Sample Rate1 second to 18 hrs, fixed or multiple-rate sampling with up to 8 user-defined sampling intervals
Clock Accuracy±1 minute per month
Battery3.6 Volt lithium battery
Battery Life3 years (at 1 minute logging)
Maximum Depth70 m (225 ft)
Weight193 g (6.82 oz), buoyancy in freshwater: -59.8 g (-2.11 oz)
Size3.18 cm diameter x 16.5 cm, with 6.3 mm mounting hole (1.25 in. diameter x 6.5 in., 0.25 in. hole)
Wetted Housing MaterialsDelrin®, epoxy, stainless steel retaining ring, polypropylene, Buna rubber O-ring, titanium pentoxide (inert coating over sensor)
Environmental RatingIP68

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.20 Tahun 1990 menyatakan bahwa “kualitas air adalah sifat dan kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain di dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter, yaitu fisika (suhu, kekeruhan, padatan, dan sebagainya), parameter kimia (pH, DO, BOD, kadar logam, dan sebagainya), parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri dan sebagainya)”. Air merupakan sumberdaya alam yang diperlukan untuk menunjang kehidupan. Oleh karena itu, sumberdaya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh semua mahkluk hidup (Effendi 2003). Salah satu sumberdaya air yang perlu di perhatikan kelestariannya adalah Daerah Aliran Sungai (DAS). DAS Citarum terletak di Jawa Barat melintasi 10 kabupaten/kota dengan panjang sungai sekitar 350 km yang mengalir dari Gunung Wayang dan bermuara di pantai utara Jawa. Sungai Citarum berperan penting bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat Jawa Barat dan DKI Jakarta untuk sumber baku air minum, irigasi pertanian, perikanan, dan PLTA (Bappenas 2010). Saat ini DAS Citarum telah mengalami degradasi yang sangat serius, menurunnya kualitas dan kuantitas air disertai dengan meningkatnya pencemaran. Pencemaran berasal dari industri, pemukiman, pertanian dan peternakan. Selain pencemaran dari luar, Sungai Citarum juga mendapatkan limbah organik yang berasal dari aktivitas KJA dari waduk Saguling, Cirata, dan Djuanda (Garno 2001).

HOBO MX2501 pH dan Data Suhu Logger dirancang untuk pemantauan jangka panjang pH di muara, danau, sungai, sungai, dan lautan. Memanfaatkan teknologi Bluetooth Low Energy® (BLE), MX2501 pH Logger berkomunikasi secara nirkabel dengan aplikasi HOBOconnect gratis dan perangkat seluler Anda, membuat pengaturan logger, kalibrasi, dan pembongkaran data dengan cepat dan mudah.

Spesifikasi MX2501

pHmV
Range2.00 to 12.00 pH-512 to 512 mV
Accuracy±0.10 pH units within ±10°C of temperature at calibration±0.20 mV
Resolution0.01 pH0.02 mV
Response Time1 minute typical to 90% at constant temperature in stirred water
Sample Ionic Strength≥ 100 µS/cm

Pasokan air Waduk Cirata sebagian besar diperoleh dari DAS Citarum yang juga dimanfaatkan sebagai sumber pembuangan limbah dari berbagai kegiatan pertanian, industri, dan pemukiman. Hasil evaluasi kondisi kualitas air Waduk Cirata selama periode 2000- 2004 menggunakan indeks STORET, status mutu air berada pada kisaran status tercemar sedang sampai tercemar buruk. Penelitian tersebut menggunakan 17 parameter kualitas air fisika dan kimia. Nilai indeks STORET menurut baku mutu Peraturan Daerah Jawa Barat No.39 Tahun 2000 Golongan C (peruntukan perikanan) berada pada kisaran tercemar sedang hingga tercemar berat. Nilai tertinggi sebesar -28 (status tercemar sedang) pada tahun 2001 dan skor terendah sebesar -52 (status tercemar buruk) pada tahun 2004. Parameter-parameter 7 kualitas air yang melampaui baku mutu secara umum adalah BOD, COD, TSS, sulfida, amonia, merkuri, kadmium, tembaga, dan timbal. Penelitian kualitas air lain yang dilakukan di Waduk Cirata terhadap jumlah KJA yang telah melebihi daya dukung, menyimpukan adanya pencemaran bahan organik yang disebabkan oleh aktivitas KJA (Oktaviana 2007). Waduk Cirata telah mengalami eutrofikasi karena tercemar oleh nutrien dari berbagai sumber seperti pemukiman, industri, pertanian, dan perikanan. Komunitas plankton perairan Waduk Cirata didominasi oleh Cyanophyceae terutama Mycrocytstis sp. dan Oscillatoria sp., yakni jenis fitoplankton yang selalu mendominasi perairan yang tercemar nutrien (Garno 2002). Tingkat kesuburan perairan berdasarkan konsentrasi fosfat, perairan Waduk Cirata telah mencapai tingkat kesuburan eutrofik hingga hipereutrofik, hal ini disebabkan oleh tingginya pencemaran organik dari KJA (Purnamaningtyas dan Tjahjo 2008). Tingginya nilai konsentrasi klorofil-a dan total N di perairan Waduk Cirata menyebabkan terganggunya pertumbuhan ikan (Komarawidjaya et al. 2005).
Analisis kualitas air di Waduk Ir.H. Djuanda pada tahun 2007 menunjukkan adanya pencemaran karena beberapa parameter kualitas air sudah tidak memenuhi baku mutu untuk air golongan B (bahan baku air minum) dan C (perikanan). Rendahnya kualitas air di Waduk Ir.H. Djuanda diduga berasal dari tercemarnya perairan Waduk Cirata yang menjadi sumber masukan air untuk Waduk Ir.H. Djuanda (Rikardi 2008).

Sumber :

http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60996/1/C12apa.pdf https://id.wikipedia.org/wiki/Bendungan

Share this:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *